Iqtishoduna, adalah event atau proker terbesar Hima EKIS yang akan diadakan menjelang akhir kepengurusan, bulan November. Diharapkan kepada seluruh warga EKIS umumnya untuk ikut berpartisipasi dalam event gebyar ini, terkhusus angkatan 2011 dan 2010.
-Oprec dibuka dari 15 Juni - 4 Juli
-Interview 5-7 Juli
Bagi teman2 yang ikut MK hari Jum'at, materi MK nya tentang "the Cost of Capital", diharapkan untuk mendownload slidenya dan membawanya (hand-out) saat MK hari Jum'at besok, syukron.
Menurut Abdurrahman Al-Maliki dalam As-Siyasah
Al-Iqtishadiyah Al-Mutsla, jaminan sosial dalam Kapitalisme bukanlah ide
asli dalam Kapitalisme, melainkan sekedar ide korektif setelah kapitalisme yang
pro mekanisme pasar menimbulkan kesenjangan dan ketidakdilan di Barat pada abad
ke-19. Ini berbeda dengan Islam yang menetapkan jaminan sosial sebagai ide
asli, bukan ide tambal sulam yang datang belakangan. Inilah keunggulan Islam
dibanding Kapitalisme. (Al-Maliki, 1963:157).
Adapun Sosialisme, berusaha mewujudkan jaminan sosial melalui ide persamaan
dalam kepemilikan. Dalam sosialisme, kepemilikan individu khususnya alat
produksi akan dilarang, karena dianggap menghalangi keadilan. Dengan larangan
itu, individu akan mempunyai kesamaan dalam kepemilikan dan pada gilirannya
akan memperoleh jaminan sosial. Ide ini menurut Abdurrahman Al-Maliki justru
tidak menjamin terwujudnya jaminan sosial. Karena Sosialisme sebenarnya lebih
mengutamakan larangan kepemilikan alat produksi, tanpa mampu memastikan apakah
jaminan sosial terwujud atau tidak. Jadi yang betul-betul dijamin dalam
Sosialisme adalah larangan kepemilikan alat produksi, bukan jaminan sosialnya
itu sendiri. Ini berbeda dengan Islam yang dengan seperangkat hukum
Syariah-nya, betul-betul menjamin kebutuhan-kebutuhan rakyat, baik kebutuhan
dasar maupun kebutuhan penyempurna (sekunder), tanpa melarang kepemilikan
individu. (Al-Maliki, 1963:157). Tulisan ini akan menerangkan bagaimana Islam
menjamin kebutuhan-kebutuhan rakyat tersebut.